Rabu, 15 Mei 2024

Ajisaka dan Naga

 Ajisaka dan Naga




Pada zaman dahulu hiduplah seorang sakti bernama Ajisaka. Kesaktian Ajisaka terkenal dimana-mana, ilmunya sangat tinggi. Walaupun demikian Ajisaka sangat rendah hati. Ia tak segan berbagi ilmu. Oleh karena itulah banyak yang ingin berguru padanya.

Hingga suatu hari Ajisaka memutuskan pergi ke tanah Jawa. Ajisaka mengunjungi negeri Medang Kamulan. Di negeri itu Ajisaka bermaksud mengajarkan ilmu pengetahuan dan mantra-mantra. Tentu saja niatnya tersebut disambut baik oleh penduduk.

"Dengarkan!" seru seorang tetua kepada para penduduk yang tengah berkumpul. "Ajisaka telah berkenan untuk mengajarkan ilmunya pada kita dengan satu syarat."

Para penduduk saling bertatapan. Berbisik-bisik, bertanya apa gerangan syarat yang diajukan oleh Ajisaka. Mereka sedikit gelisah, takut ada syarat yang tak dapat dipenuhi. Sedangkan kedatangan Ajisaka ini sangat dinantikan oleh mereka.

"Apa syarat yang diminta oleh Ajisaka?" tanya seorang pemuda yang berdiri paling depan. Pertanyaannya tersebut sangat mewakili kegelisahan penduduk lainnya.

Tetua mengangkat tangannya, meminta agar penduduk tenang. "Ajisaka hanya akan mengajari murid pilihan saja. Syaratnya adalah hanya murid yang dipilih saja yang boleh mendengarkan ilmu yang diajarkan oleh Ajisaka. Apabila sengaja dilanggar akan tertimpa hal yang mengerikan."

Penduduk kembali ribut setelah mendengar syarat yang diajukan oleh Ajisaka. Tak lama kemudian dikeluarkan pengumuman siapa saja yang berhak belajar di pondok perguruan milik Ajisaka. Mereka yang terpilih tampak sangat gembira. Sebagian lainnya terlihat sangat kecewa karena tidak terpilih.

Ajisaka mempersilakan penduduk yang terpilih untuk masuk ke pondok perguruannya. Mereka kemudian membentuk sebuah lingkaran, lalu duduk di lantai kayu. Ajisaka mengajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan dan mantra pada mereka. Sebelumnya ia telah meminta agar semua pintu dan jendela pondok ditutup rapat. Mantra yang diajarkan oleh Ajisaka memang bukan sembarangan. Karena itulah hanya orang-orang pilihannya saja yang diperbolehkan untuk mendengarkan.

"Kalian harus paham apabila ilmu dan mantra yang diajarkan ini tidak bisa dipelajari sembarangan," ujar Ajisaka sebelum memulai. Murid-muridnya mengangguk maklum. Ilmu Kanuragan Ajisaka memang sangat terkenal.

Pondok perguruan sangat hening ketika Ajisaka mulai mengajari murid-muridnya. Sama sekali tidak ada suara manusia. Beberapa ekor burung terlihat hinggap di atap pondok. Namun mereka bergegas terbang lagi seolah tahu tidak diinginkan keberadaannya. Kemudian tampak ayam-ayam yang berkeliaran di halaman pondok. Namun mereka juga tak berani mendekati tempat Ajisaka tengah mengajari murid-muridnya.

Beberapa lama kemudian para murid Ajisaka belajar dengan tenang. Mereka tidak menyadari apabila ada seekor ayam betina yang masuk ke bawah pondok kayu. Ayam betina itu mematuki tanah, mencari cacing yang tak ia dapatkan di halaman. Kebetulan tanah dibawah pondok sangat gembur. Ayam betina tersebut sangat senang karena mendapatkan banyak cacing.

Ajisaka mengajari murid-muridnya dengan tekun. Ia pun tak menyadari apabila setiap perkataannya ada yang mendengarkan. Yah, ayam betina itu mendengar setiap ucapan Ajisaka. Walaupun sebenarnya ia tak paham dengan apa yang didengarnya. Namun tetap saja setiap mantra yang diajarkan Ajisaka terdengar jelas oleh ayam tersebut.

Tak ada seorang pun yang menyadari akibat dari kejadian tak terduga ini. Bahkan Ajisaka sendiri pun tidak menduga akan terjadi sesuatu hal yang mengejutkan di masa yang akan datang.

***

Tak disangka pengaruh mantra yang didengar oleh ayam betina sangat besar akibatnya. Selayaknya ayam betina lainnya yang rajin bertelur. Si ayam betina itu pun suatu hari berkokok senang karena telah bertelur. Ayam itu tahu ada yang istimewa dari telurnya kali ini. Orang-orang sekampung sangat terkejut ketika menyadari telur ayam betina itu tidak seperti biasanya. Telur itu sangat besar ukurannya. Tapi si ayam betina sangat menyayangi telurnya. Ia tetap mengerami telur itu dengan suka cita.

Telur itu kemudian pecah setelah dierami si ayam betina. Lagi-lagi penduduk dibuat terkejut ketika yang keluar dari telur itu bukan anak ayam. Cerita mulai tersebar dari mulut ke mulut karena keajaiban telur raksasa itu. Mereka saling bercerita penuh ketakutan sekaligus kekaguman. Yah, dari telur itu keluar seekor anak naga. Memang sungguh ajaib. Para penduduk tidak mau berpikir yang macam-macam. Tapi mereka menyangkut pautkan keajaiban ini dengan Aji Saka.

"Pasti karena ayam itu tinggal di bawah pondok Aji Saka," celetuk seorang penduduk.

Penduduk yang lain mengangguk setuju mendengarnya. "Sepertinya ayam betina itu kecipratan mantra-mantra ajaib Aji Saka." Penduduk yang lain pun mengeluarkan pendapatnya.

Keajaiban telur raksasa dan si anak naga jadi rahasia umum selama bertahun-tahun. Sampai akhirnya si anak naga cukup besar untuk bertanya hal yang aneh dalam hidupnya. Si anak naga merasa heran tubuhnya tidak sama dengan anak ayam lainnya. Keanehan itu makin menjadi-jadi ketika tubuhnya makin besar saja. Dia pun mulai mencari tahu kebenarannya pada orang-orang. Si anak naga merasa sedih karena tidak punya teman. Semua orang dan hewan sangat takut padanya.

"Aku ini siapa?" tanyanya pada seorang penduduk yang langsung menghindarinya dengan ketakutan.

Anak naga tidak berputus asa. Dia mulai menanyai setiap penduduk yang dijumpainya. Hingga akhirnya seseorang memintanya untuk menemui Aji Saka. Si anak naga awalnya ragu-ragu. Karena dia juga tahu kalau Aji Saka itu orang sakti yang disegani penduduk desa. Namun, rasa penasaran mengalahkan keraguan tersebut. Dia pun memberanikan diri menemui Aji Saka. Aji Saka tahu, suatu hari si anak naga pasti akan menemuinya.

"Kamu adalah anakku," jawab Aji Saka mendahului pertanyaan si anak naga. "Kamu terlahir dari mantra-mantra saktiku," ucapnya lagi.

"Kalau begitu, aku adalah anakmu!" Anak naga sangat senang karena ternyata dia memiliki ayah.

Aji Saka sudah tahu hal ini akan terjadi. Sangat tidak mungkin naga itu mengikuti dia kemana-mana. Dirinya harus mencari akal agar naga yang suatu hari pasti jadi sangat besar itu tidak mengikutinya terus.

"Kau harus berkelana ke pantai selatan untuk meningkatkan ilmu," tukas Aji Saka. "Setelah ilmumu tinggi, kau boleh menemuiku."

Anak naga sangat kecewa mendengar perkataan Aji Saka. Karena marah dan kesal atas penolakan Aji Saka, tubuhnya jadi membesar, berubah jadi naga raksasa. Penduduk desa berteriak ketakutan. Mereka berlarian keluar desa, mencari perlindungan di hutan. Naga raksasa semakin kecewa dengan kejadian itu. Sedih dan kecewa, naga raksasa pun pergi meninggalkan desa kelahirannya. Naga raksasa pergi ke pantai selatan untuk bertapa.

Setelah tiba di pantai selatan, naga raksasa menggelungkan badannya di sepanjang pantai selatan. Dia bertapa sangat lama dengan harapan Aji Saka mencarinya setelah ilmunya sakti. Tahun berganti tahun, tubuh naga raksasa mulai mengeras. Dia berubah menjadi mirip batu bersisik. Aji Saka tak jua datang mencarinya. Ilmu naga raksasa makin lama makin tinggi. Amarahnya juga makin besar karena merasa dibuang oleh semua orang, termasuk ayahnya sendiri. 

Nogo Rojo, demikian penduduk pantai menyebutnya. Naga raksasa itu sewaktu-waktu muncul dari dalam lautan. Terbang ke langit dengan tubuh yang penuh buih air lautan. Dari mulutnya menyembur api besar. Nogo Rojo sangat senang melihat semua orang lari ketakutan ketika dia membakar lautan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Asal Mula Nama Pantai Watu Ulo

 Cerita Rakyat Watu Ulo dan Raden Mursodo Hari ini kembali penduduk di tepi pantai menggerutu. Mereka kesal karena Nogo Rojo selalu mendahul...